Baru saya tersadar akhir-akhir ini begitu banyak tulisan tentang kehidupan pribadi. Tentunya hal ini menyenangkan jika yang membaca memiliki keterkaitan dengan sepak terjang penulis, menjadi salah satu aktor di dalamnya atau memiliki kesamaan, setidaknya lokasi tempat kejadian. Tapi,ada satu hal yang tidak hanya saya sadari akhir-akhir ini, justru ini merupakan sesuatu yang sudah saya pikirkan sejak tiga bulan yang lalu dan hingga saat ini belum begitu terang benderang hasil pemikiran itu. Satu pertanyaan sederhana : Mau Kemana Setelah Wisuda ?
Usia bergerak, kata dewasa kini melekat. Artinya, inilah saatnya sebagai manusia mulai memilih dan memikirkan jalan hidup yang ingin dilalui. Pendidikan demokratis ala keluarga Suharto sudah demikian melekat sehingga dari Pekanbaru hanya memberikan pengarahan tanpa satu pun pemaksaan. Empat tahun sudah mengenyam pendidikan di Institut Teknologi di Bandung, kini saatnya harus menentukan : Mau Kemana Setelah Wisuda ?
Melanjutkan Studi
Banyak diantara teman-teman yang sudah memutuskan bahkan sudah ada pula yang memulai masa melanjutkan studinya setelah melalui masa strata-1. Sebagian ada yang melanjutkan di luar, Singapura, Jepang dan Korea. Tentunya ada keuntungan tersendiri bagi mereka yang beruntung dapat kuliah di luar negeri. Perbedaan budaya salah satunya. Pengalaman baru adalah yang banyak mereka kejar. Lari dari Indonesia sempat terpikir oleh beberapa diantara mereka. Apakah lantas kuliah di dalam negeri tidak lebih baik ?
Tidak sama sekali. Rasanya melanjutkan studi kembali di dalam negeri tidak memiliki stigma apa pun, setidaknya bagi saya. Dekat dengan keluarga adalah salah satu hal yang paling dirasakan. Ingin berbakti pada negeri, kata orang-orang yang mengaku nasionalis. Mendapat beasiswa di dalam negeri , ikatan dinas oleh pemerintah daerah. Ataupun keunggulan tambahan setahun bagi teman-teman yang mengikuti pilot program fasttrack di tempat saya berkuliah sebelum ini.
Studi Strata-2 tentunya memiliki sedikit perbedaan dari S-1. Lebih advanced bagi sebagian orang. Tapi tentu saja perbedaan itu sedikit banyak dipengaruhi oleh keluaran yang diinginkan dari jenjang ini, yaitu tidak hanya sekedar problem solver tapi seorang optimizer. Tidak hanya melihat problem dan menemukan solusinya, tapi dapat meng-enhance kembali solusi yang telah diajukan,menjadi solusi yang lebih elegan.
Kemampuan penelitian merupakan hal yang lebih ditonjolkan jika dibandingkan tingkat S-1. Artinya bagi mereka yang meneruskan bidang studi yang serumpun dengan studi yang pernah ditempuh akan membuat seseorang menjadi lebih expert di bidang itu. Bagi yang tidak maka akan memperkaya keilmuan yang telah dimiliki. Karena tidak jarang sebagian dari teman-teman yang berlatar belakang engineering memilih untuk migrasi ke bidang lain yang lebih manusiawi : bisnis atau seni.
Mencari Kerja
Dan bekerja tentu saja. Biasanya nanti akan mengerucut menjadi dua : Bekerja sesuai dengan hal yang disenangi atau bekerja untuk sesuatu yang lain. Bekerja sesuai dengan hal yang disenangi maka mudah saja. Harusnya mahasiswa-mahasiswa informatika tentunya jika menyenangi dunia IT akan tetap berada pada jalur tersebut. Bidang perusahaan tidak masalah. Meskipun, dari hasil saya berbincang dengan salah seorang senior memberikan jalur karir yang menarik. Untuk awal sekali, beradalah di vendor atau konsultan. Membuat kita terus belajar dan belajar, tidak hanya satu teknologi. Dan tetap berhubungan dengan orang banyak. Setelahnya , jika berminat pindahlah ke tempat end user. Artinya di tempat dimana IT menjadi supporting system agar bisnis tetap berjalan. Misalnya namun tidak terbatas pada perusahaan telekomunikasi dan bank. Kemudian jika ada kesempatan pindahlah ke prinsipal, perusahaan yang membuat teknologi tersebut. Mari kita sebut saja seperti Microsoft, IBM, Oracle dan sebagainya. Bekerja untuk hal yang disenangi biasanya tidak membuat kita jenuh. Schumi bekerja dengan membalap. Itu adalah hobinya. Ronaldo bekerja dengan bermain bola. Itu adalah hal yang dicintainya.
Bekerja untuk sesuatu yang lain. Kasus pertama adalah untuk pengalaman yang menunjang keinginan besar lainnya. Misalnya pengalaman kerja di bidang yang berhubungan dengan bisnis/manajemen akan memperbesar kesempatan mahasiswa teknik yang ingin meneruskan S2 tapi di bidang manajemen/bisnis. Maka pengalaman kerja tersebut mutlak diperlukan. Beberapa perguruan tinggi mensyaratkan itu. Contoh kedua adalah untuk “tabungan” . Biasanya perusahaan yang dicari adalah perusahaan yang memberikan insentif cukup tinggi dengan berbagai kompensasi. Atau untuk sekedar stepping stone. Mengincar perusahaan yang dapat mempermudah untuk lebih maju lagi diperusahaan lain.
Bekerja tentunya jauh berbeda dari lingkungan sekolah. Disini dituntut tanggungjawab yang lebih besar dan diemban oleh pribadi dewasa. Sedikit sekali ruang toleransi terhadap kesalahan. Ayah saya sempat berkata, bekerja bisa saja membuat kita bosan karena melakukan hal yang monoton setiap hari. Saya belum bisa membuktikan kata-kata tersebut. Mungkin nanti.
Memulai Usaha
Sebagian dari kita punya visi yang berbeda, memilih setelah lulus untuk memulai usaha.Memilih untuk tidak bekerja pada orang lain . Memilih untuk menciptakan lapangan kerja. Tidak hanya itu , beberapa dari kita memulai usaha bahkan sejak bangku kuliah. Hal yang saya sebut usaha disini bentuknya bisa bermacam-macam. Seorang alumnus planologi baru-baru ini saya dengar membuka gerai makanan Bebek Garang dan sudah cukup sukses di Bandung. Dalam konteks di rumpun ilmu yang saya geluti beberapa diantaranya membuka jasa IT Consultan dan Software Development. Rasanya setiap angkatan memiliki satu atau dua grup untuk itu.
Saya sempat mengikuti kuliah umum dari salah satu dosen SBM beberapa bulan lalu. Ada fakta menarik. Agar negara dapat sejahtera dibutuhkan enterpreneur dengan persentase sekitar 2% saja dari jumlah populasi masyarakat Indonesia. Lebih lanjut lagi, bidang keteknikinformatikaan yang tergolong dalam industri kreatif menjadi salah satu hal yang didorong dengan sangat dalam platform pembangunan ekonomi Indonesia 2020. Fakta lainnya bahwa memang Indonesia saat ini begitu berkembang dan migrasi dari tenaga manual menjadi berbantukan komputer menjadi lahan yang tersebar dimana-mana. Mungkin ini yang coba dimanfaatkan teman-teman.
Tidak hanya itu, saat ini juga menjamur apa yang dikenal dengan istilah start-up company. Indonesia menjadi tempat dimana para penggiat IT banyak sekali mendirikan perusahaan kecil, meluncurkan service yang bersifat IT-related dan bergantung pada perkembangan pengguna internet dan mobile device yang sangat besar saat ini. Momentum ini diperkuat dengan terbentuknya komunitas dalam negeri seperti #startupLokal, fowab, Suwec, dan bancakan di kota-kota Indonesia serta semakin besarnya ekspos media mulai dari dalam negeri, Singapura hingga Amerika. Sejumlah IT Company milik pemuda bangsa ini telah menarik perhatian besar sejumlah pemilik dana . Contoh terbesar adalah Koprol yang diakuisisi oleh Yahoo!. Ada lagi Urbanesia dan Tokopedia yang dimodali oleh East Ventures, perusahaan kapital dari Singapura.
Salah satu karakteristik untuk IT startup adalah “How to Fail Fast”. Jika gagal, gagal lah dengan cepat. Lalu kembangkan lagi sesuatu yang lain. Contoh terbaik dari hal ini adalah pendirian PayPal yang merupakan usaha ke-5 dari foundernya . Facebook dan twitter mungkin salah satu pengecualian. Satu dari sepuluh saja . Tapi kemampuan untuk bangkit kembali dari kegagalan dan membuat hal baru lagi itu lah yang menjadi kekuatan bagi orang-orang yang mau memulai usaha terutama di bidang IT.
Mungkin ada pilihan lainnya namun saat ini tiga hal diatas adalah hal yang terus saya pertimbangkan. Jalan mana yang akan dipilih. Ini adalah saat-saat yang kritis. Artinya, keputusan saat ini bisa jadi akan berpengaruh terhadap hidup dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan. Keputusan saat ini dapat berhubungan dengan keluarga atau pun calon keluarga. Keputusan saat ini adalah hal yang harus dipikirkan dengan masak-masak, jangan setengah matang.
Pasti akan ada yang dikesampingkan. Mungkin akan ada yang dikorbankan. Justru ini yang membuat perbincangan Mau Kemana Setelah Wisuda merupakan topik yang begitu amat menarik bagi saya dan sebagian teman-teman saya. Dan bahwa sekarang saya menghadapi sesuatu yang paling alamiah dan natural dalam hidup : PILIHAN. Bahwa hidup adalah pilihan , dan setiap pilihan punya konsekuensinya masing-masing. Sesuatu yang saya ketahui sejak lama namun begitu menghadapinya secara langsung membuat saja tidak habis berpikir bahwa hal ini menjadi sesuatu yang amat sulit.
Detik ini, hanya ingin berdoa agar pilihan yang saya ambil nantinya adalah yang terbaik dan diridhoi olah Allah SWT. Amin.