Selamat Hari Ibu.
Saya ingin mengucapkan selamat hari ibu, terutama kepada dua orang ibu yang luar biasa, Mama, orang tua saya dan Irlanda, ibu dari anak-anak saya .
Mama sejak kecil sudah belajar mandiri termasuk ketika di tahun 70-an mengambil kuliah sendiri ke Jogja, jauh dari Pekanbaru, kota tempat tinggalnya. Setelah sekolah, ia mengabdi menjadi pelayan publik di daerah, menjadi PNS yang berpindah-pindah di beberapa kantor. Dahulu, kalau ia naik pesawat maka biaya naik pesawatnya digratiskan oleh maskapai, karena hari ulang tahunnya sama dengan ulang tahun hari raya kemerdekaan kita.
Beliau kemauannya sangat keras, mungkin karena didikan kakek kami yang memang eks-veteran perang kemerdekaan. Si mamah yang sejak dulu sukanya nantangin saya untuk memilih sesuatu yang saya anggap sulit untuk dilakukan. Dulu, yang memaksa saya untuk mencoba mendaftar ke ITB juga karena tantangan si mamah. Beliau juga yang bersikeras bahwa itu bisa dilakukan dan mencoba mencari beasiswa dari daerah.
Waktu saya tingkat akhir, sempat kepikiran ingin jadi PNS juga, pulang ke Riau dan membangun daerah. Tapi si mamah yang meyakinkan juga bahwa peluang IT disana masih belum baik sehingga sebaiknya berkarya dulu saja di Bandung sembari memperhatikan perkembangan di daerah.
Sering kali saya merasa si Mamah ini jarang bangga dengan prestasi anaknya. Karena kalau setiap saya laporan, habis ini, sudah ini, abis begitu…tanggapannya biasa saja. Tapi ternyata, menurut si papah, tanpa sadar itu cara si mamah untuk terus memecut anaknya terus berusaha dan tidak puas dengan kondisi saat ini. Karena ternyata di kesempatan yang berbeda, dibelakang saya, si mamah selalu membanggakan anak-anaknya kepada teman-temannya.
Irlanda, istri saya . Sekarang menjadi bunda dari kedua anak kami. Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara mungkin banyak yang berpikir Iir akan menjadi gadis manja. Tapi kenyataannya tidak demikian. Ia pekerja keras, cerdas dan penuh keinginan untuk menjadi lebih baik meski kadang sering kurang percaya diri. Bagian saya mudah, mengingatkan ia untuk selalu percaya diri dan bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Pertama kali ketemu di SMA, selama 3 tahun sekolah, baru dia satu-satu-nya wanita yang bisa mengalahkan saya di kelas. Hehe. Rajin. Suka kurang pede tidak bisa tapi kalau keluar ulangan taunya nilainya tinggi semua.
Tinggal mandiri di Jakarta dan berhasil menaklukkan Universitas Indonesia. Saya ingat perjuangannya untuk berhasil lulus dan lolos dari kedokteran gigi. Rasanya setiap malam ada saja yang diceritakan mengenai hambatan yang ia hadapi tapi saya yakin toh akhirnya pasti akan dapat dilalui juga.
Saat ini lagi beradaptasi, untuk mengurusi dua anak kami yang masih mungil-mungil. Ditambah beberapa bulan ke depan saya masih harus di Bandung, tidak terbayang betapa rempongnya ia disana. Tapi, lagi-lagi ia menjanjikan usaha untuk bisa berbuat yang terbaik menjadi bunda.
Dua wanita yang luar biasa.
Selamat hari Ibu. Saya yakin usaha ibu ganjarannya surga.