Kiana Farfalla Pramudya

Setelah Razki – anak pertama kami –  lahir, beberapa hal ternyata menjadi berubah. Sekarang, perhatian tidak hanya tertuju sama istri saja tetapi kepada anggota keluarga baru. Pekerjaan membagi waktu menjadi hal yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Mungkin karena itu juga, waktu untuk ngeblog seriuspun menjadi jauh berkurang.

Dan pasca Razky lahir, saya dan istri memang tidak memasang KB. Istilahnya tidak menunda dan juga tidak mengejar. Jadi berjalan begitu saja. Seperti air mengalir. Dan percayalah, yang namanya Rezeki Allah itu tidak akan pernah terlambat dan tertukar.

Berita Hamil Anak Ke-2

Waktu itu saya dan rekan-rekan Radya Labs memutuskan untuk mengikuti kegiatan Hackathon Educode yang diselenggarakan Depdiknas dan DailySocial. Sebelum pergi, istri bilang bahwa sudah dua hari terakhir ia flek dan sekarang sudah tidak ada flek lagi. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, hal ini bisa jadi merupakan tanda-tanda kehamilan.

Sepanjang jalan, hal itu menjadi pikiran juga akhirnya. Karena saya sudah terlanjut mau ikutan Hackathon, dengan kondisi itu malah harus meninggalkan istri di Bandung. Sambil terus bertukar kabar mengenai kondisi istri, sayapun terus mengikuti kegiatan Hackhaton. Alhamdulillah, di akhir hari ternyata tim kami berhasil memenangkan Hackhaton. Rezeki ini kata saya, mungkin memang rezeki anak ke-2.

Setelah itu masa 7.5 bulan kehamilan pun dilalui di Bandung. Pada saat melahirkan nanti, Razky, putra pertama kami, akan berusia 1.5 tahun. Jarak yang memang secara umum dianggap cukup dekat. Diawal-awal sempat ada kekhawatiran bagaimana nanti menjaga dua anak yang masih kecil-kecil. Tapi seperti kata orang dulu, alon-alon asal kelakon, pelan-pelan menjalaninya. Bahkan, sebelum lahiran pun, di usia kandungan 5 bulan, istri sempat terserah DBD dan harus dirawat di rumah sakit selama 11 hari. Alhamdulillah kandungannya sehat-sehat saja. Dan karena Razky masih kecil, jadi berbeda seperti tahun sebelumnya, saya tidak bisa leluasa mengajak keluarga jalan-jalan, karena belum terbiasa sekali mengurusi anak sambil liburan. Jadilah, kita mengisi hari-hari di Bandung saja menunggu masa lahiran tiba.

Menuju Hari Kelahiran

Berbekal pengalaman waktu sakit DBD dulu dimana kita kesulitan menjaga Razky sementara istri harus di RS, kita memutuskan untuk melahirkan di Pekanbaru, seperti tahun sebelumnya. Sesuai prakiraan dokter, anak sudah bisa dilahirkan di minggu ke-2 Agustus. Untuk itu, pasca Idul Fitri, istri tinggal di Pekanbaru dan saya akan pulang menjelang hari kelahiran. Setidaknya, itu rencananya.

Saya sudah berencana pulang tanggal 17 Agustus 2016, dengan harapan, anak kedua lahir setelah tanggal tersebut. Sengaja saya tidak membeli tiket terlebih dahulu, berjaga-jaga kalau dibutuhkan hadir lebih cepat. Dan, ternyata benar adanya. Setelah kontrol terakhir ke dokter kandungan, dinyatakan kondisi kandungan sudah siap lahir. Padahal waktu itu baru tanggal 13 Agustus 2016. Deg-degan juga rasanya jangan-jangan bisa lahiran lebih cepat.

Sejak laporan kontrol terakhir itu saya jadi was-was sembari menunggu kabar untuk menentukan kapan harus pulang. Persis di tanggal 15 Agustus itu, istri mengabarkan sakit-nya menjadi-jadi sehingga direncanakanlan pulang tanggal 16 Agustus. Waktu itu tidak bisa langsung pergi hari itu juga, karena saya belum bawa barang sama sekali, karena barang tertinggal di Bandung, sementara saya waktu itu lagi ada keperluan di Jakarta. Jadilah saya membeli tiket untuk tanggal 16 Agustus, rute Bandung-Pekanbaru jam 10 pagi.

Tapi, yang namanya apes ya bisa datang kapan saja.

Keesokan harinya begitu sampai di bandara, terkejutlah saya bahwa pesawat yang ada delay semua. Alasannya karena kondisi keamanan. Katanya, mobil pemadam kebakaran yang biasanya standby lagi rusak. Awaknya saya bingung apa hubungannya mobil damkar dengan bandara. Namun, kemudian saya memahami ternyata itu menjadi salah satu SOP untuk suatu pendaratan dimana harus selalu tersedia mobil damkar jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tak dinginkan.

Menjadi dobel apes-nya karena hari itu saya butuh agar pesawat tidak delay. dan menjadi triple apes-nya karena bandara sekelas Husein yang notabene bandara intersional tidak memilik redundansi atau cadangan…untuk menghadapi kasus seperti yang dialami sekarang.

Tegang saya berkomunikasi dengan istri, saling mengupdate kabar. Sampai jam 12 siang belum ada tanda-tanda pesawat akan berangkat. Sementara itu istri melaporkan sejak pagi perut-nya sudah terasa sakit sekali. Begitu mendekati jam 1, diumumkan pesawat saya kaan boarding tidak lama lagi. Dan bersamaan dengan itu, istri memberitahukan karena sakitnya yang luar biasa, ia akan dianter duluan ke rumah sakit.

Pikir saya, masih akan lama lahirnya. Pengalaman tahun lalu , mulai masuk RS hingga lahir ada jangka waktu sekitar 9 jam. Saya pikir masih akan sempat untuk menemani istri lahiran. Sayangnya, pikiran saya salah. Begitu mendarat di Pekanbaru, saya hidupkan perangkat seluler untuk mendapatkan kiriman pesan gambar dari istri saya yang mengabarkan bahwa anak kedua kami sudah lahir, berjenis kelamin perempuan pada jam 14.40. Saya akhirnya tiidak bisa menemani iiR, di ruang persalinan, karena pesawat saya delay.

Begitu mendarat, saya langsung ke bandara dan menemui istri dan anak saya yang baru lahir. Saya hanya bisa mendengarkan kisah perjuangan istri saya kali ini karena tidak bisa menemani di detik-detik persalinan seperti tahun lalu. Tapi seperti yang saya sudah ketahui, istri saya orangnya kuat, insyallah. Bahkan ia menolak ditemani, ayah atau ibu-nya, khawatir karena kesehatan mereka dan memilih untuk berada di ruangan sendiri bersama tim medis.

Sesampainya di ruang persalinan, istri masih berada disana untuk pemulihan dan sayapun langsung mengumandangkan adzan dan qomat di telinga-nya. Bayi hebat dan perempuan hebat yang berjuang bersama hari ini. Dan anak kedua kami, seorang putri ini diberi nama Kiana Farfalla Pramudya.

WhatsApp Image 2016-08-17 at 7.53.09 AM

Arti Nama

Pada tulisan tahun lalu, saya sudah menceritakan asal usul nama anak pertama kami. Kali ini, saya akan menceritakan asal usul nama anak kedua.

Setelah berdiskusi selama beberapa waktu, nama yang dipilih untuk puteri kami adalah Kiana Farfalla Pramudya. Sebelum nama ini resmi, Kinara dan Kinaya sempat menjadi opsi untuk nama depan, tapi akhirnya settle dengan nama Kiana.

Kiana,terinspirasi dari kata Qiyana, yang dalam bahasa Arab berarti Berkah tuhan.

Farfalla, diambil dari bahasa Italia, yang artinya Kupu-kupu. Dengan harapan falla dapat bermetaformosis dari bayi kecil mungil menjadi wanita yang soleha dan berbakti ke depannya.

Pramudya, tentu saja diambil dari nama Bapaknya.

IMG-20160918-WA0012

Semoga dengan kehadiran Kiana, menambah kebahagian bagi keluar kecil kami. Salam dari “The Pramudya”.