Sudah tiga tahun terakhir saya tidak terlalu memperingati hari ibu. Mengapa ? Menurut saya hari ibu sejatinya tidak perlu dirayakan, karena mesti terpatri di sanubari setiap anak, setiap hari dan setiap saat.
Untuk mencapai pemahaman ini, saya butuh waktu bertahun-tahun. Selama 33 tahun, hidup berjalan seperti pendulum yang bergerak dari kiri ke kanan, ke kiri dan ke kanan lagi. Menghampiri lalu menjauh, lalu datang lagi. Hingga tiba waktunya lini masa yang tidak akan pernah terlupakan.
Pada tahun 2018, saya mengalami sakit TBC yang parah. Karenanya, selama 6 bulan saya harus melakukan WFH atau work from home. Pada saat itu saya masih mengemban tugas penting di Radya Labs, perusahaan software yang ikut saya dirikan bersama Tito Daniswaradan Hari BF sejak tahun 2011. Tahun yang menantang, karena pada tahun ini banyak hal yang terjadi. Kita kehilangan beberapa karyawan penting, memulai tahun dengan kondisi buku minus, kita menjalani tahun 2018 dengan banyak friksi internal dan eksternal. Saya menjadi CEO untuk pertama kalinya, sekaligus tukang jualan dan memikirkan strategi radya labs. Sampai saya stress berat, masuk rumah sakit dan kena TBC Paru. Mungkin memang butuh rasa sakit luar biasa untuk dapat menemukan arti syukur atas kelapangan.
Suatu hari di bulan Agustus di tahun tersebut, saya pulang ke Bandung dari BSD setelah mengunjungi adik saya yang sedang bertugas disana. Saya bertemu seseorang. Dan kebetulan kami berbincang selama perjalanan. Seorang ibu yang bercerita tentang anaknya yang juga sedang sakit di Bandung.
Ibu ini memiliki anak di Bandung. Anaknya juga sakit keras, tidak jelas apa sakitnya. Namun setelah sekian lama, ia sembuh juga. Saya bertanya apa rahasianya “Ibu berdoa setiap hari, agar anak ibu cepat sembuh”. Dengan kekuatan doa dan ikhtiar, anaknya bisa sembuh. Kuat juga kekuatan doa seorang ibu.
Kekuatan doa ini mengingatkan saya pada kisah pengepungan Kerajaan Granada, di Spanyol pada tahun 1309. Disini terdapat Benteng Islam terbesar ke-2 yaitu Alcazaba of Almeria. Pada pengepungan tersebut, tentara Islam dipimpin Gubernur Abu Manday Shuayb dan laksamana Abu al-Hasan al-Randahi. Mereka telah bersiap dengan membangun benteng dan mengumpulkan persediaan makanan untuk menghadapi pengepungan. Sepanjang pengepungan senantiasa diadakan doa bersama, terutama oleh para orang tua, ibu-ibu dan anak yang tidak ikut berperang. Ketika aksi pengepungan musuh terjadi hingga musim dingin, lawan mulai menarik diri dan kembali ke negara asal mereka demi mementingkan keselamatan. Keberhasilan dalam pengepungan ini merupakan kisah sukses pertahanan diri Kesultanan Granada menghadapi kerajaan musuh walaupun pada akhirnya sultan Nasr of Granada membuat kesepakatan damai juga dengan Aragon dan Castile pada 1310, dua kerajaan yang ingin memberangus kesultanan Granada dari Spanyol.
Benteng Almeria ini masih bisa kita lihat di kota Almeria. Benteng megah tersebut memiliki 3 bagian. Bagian pertama merupakan kamp militer digunakan untuk menampung warga pada saat pengepungan. Bagian kedua di dalamnya, terdapat rumah tinggal gubernur, tentara dan abdi dalam-nya. Termasuk di bagian kedua ini adalah masjid, tenda-tenda dan rumah-rumah. Pada bagian terakhir adalah komplek yang lebih modern karena telah melalui pembangunan setelah penguasaan tentara Salib, monarki Isabella dan Ferdinand membangun kastil pada sisi yang lebih tinggi di sudut kota. Benteng ini telah memberikan kesempatan ke-2 bagi banyak orang untuk kembali menjalani hidup.
Benteng Almeria sering digunakan untuk syuting film karena keindahannya yang tiada tara. Conan the Barbarian, Indiana Jones and the Last Crusade, Never Say Never Again dan Wonder Woman 1984 merupakan beberapa film yang menjadikan Almeria sebagai salah satu lokasi pengambilan gambar. Serial TV favorit sepanjang masa Game of Throne pun mengambil latar belakang Almeria, tepatnya, Muralla de Jayran dan Benteng Almeria sebagai ibukota Dorne, kerajaan dari House Martell.
Stark dan Martel. Dua keluarga yang mengajarkan kita mengenai kesabaran dan keberanian. Hari-hari ini, agaknya 2 nilai ini yang menjadi semakin perlu akibat dekadensi yang terjadi melalui berbagai platform media sosial dan fenomena di peradaban kita.
Dahulu kala, kita bertanya pada orang bijak. Kemudian bertanya hanya pada orang pintar. Lalu bertanya hanya kepada yang berkuasa. Lalu kepada orang yang kuat. Hari-hari ini kita bertanya hanya kepada orang yang berpunya. “Sultan mah bebas”, katanya. Jika diibaratkan jari tangan, orang bijak adalah jempol, dan orang kaya adalah kelingking. Terpisah jauh dari apa yang seharusnya menjadi tempat kita belajar.
Atas dasar itulah, beberapa anak bangsa mendirikan Yayasan yang berfokus pada pendidikan kebijaksanaan. Yayasan Alkademi Karya Bangsa didirikan pada tahun 2019. Alkademi terinspirasi dari cerita ibu Almeria yang lahir pada hari kemerdekaan, kekuatan doa dan kekuatan benteng Almeria menghadapi penyerangan. Almeria Akademi atau Alkademi, itulah nama yang kami pilih. Yayasan ini secara resmi beroperasi membantu penyediaan sumber daya manusia Bangsa Indonesia untuk mencari kebijaksanaan.
Pada tahun 2019, Yayasan mendukung kegiatan Dirjen Aplikasi dan Telematika Kominfo melalui kegiatan smkcoding.id. Pelatihan ini diadakan untuk menyiapkan lulusan SMK RPL agar siap kerja. Lulusan terbaik dari pelatihan ini, saat ini telah pula menjadi bagian dari yayasan dan mengajar kembali. Tahun 2020 hingga 2021 kami membantu Bakti KOMINFO dan mengajar di daerah Terluar, Tertinggal dan Terdepan (3T) dengan mendukung Jong Kreatif Academy (jongkreatif.id).
Mulai tahun 2022 ini, yayasan mendirikan Bimbingan Belajar Informatika “ALKADEMI”.
Bimbingan Belajar ini akan berfokus pada aspek manusia, karena menurut kami, pelajar adalah yang sejatinya menjadi subyek terpenting pada ekosistem talenta digital. Untuk mendukung proses pembelajaran, dibutuhkan suatu proses panjang dan ini adalah sesuatu yang tidak mudah. Proses adalah sesuatu yang menjadi momok dan dianggap ‘lama’’ oleh sebagian besar orang. Tidak mudah, tapi dengan kemauan, semestinya ini akan dapat dilakukan untuk menghasilkan apa yang namanya kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan sebagai manusia pembelajar.
Alkademi adalah persembahan kami untuk bangsa ini. Suatu model pendidikan teknologi yang berfokus pada manusia untuk menghantarkan manusia tersebut ke kehidupan yang lebih baik. Kesuksesan hanyalah milik mereka yang berusaha sementara Alkademi hanya berusaha untuk membantu menyebar benih kebajikan pada setiap siswa.
Untuk mendukung proses pembelajaran ini kami mengadopsi sebuah mantra. Mantra Alkademi ini terinspirasi dari novel trilogi Negeri 5 Menara.
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)
Salam Satu Alkademi. Mari turut bersama menyebar kebajikan.