(Not) Live Streaming App

Beberapa hari terakhir, Meerkat dan Periscope sedang ramai diperbincangkan. Keduanya adalah aplikasi yang memungkinkan siapa saja yang memiliki iPhone, menyiarkan apa yang sedang dilihat saat itu melalui kamera dan dapat ditonton oleh siapa saja yang berminat. Aplikasi yang disinyalir akan menjadi hit maker di tahun 2015.

Periscope bahkan sebelum launching akhirnya dibeli oleh Twitter, membuktikan bahwa konsep ini dianggap akan diminati masyarakat. Seperti Vine, tapi dalam keadaan real-time. Meerkat sendiri lebih dulu di-launch dan mendapat sambutan hangat oleh hadirin SXSW dan dengan cepat menarik perhatian beberapa selebriti. Aplikasi mana yang akan menang ? Karena sejatinya untuk satu tugas spesifik seperti live video streaming , pengguna smarthphone paling mungkin hanya akan menggunakan salah satu-nya saja. Periscope yang didukung oleh raksasa Twitter atau Meerkat yang baru saja mendapat pendanaan jutaan dollar ?

Medio 2013 ketika NASA mengadakan hackathon NASA Space Challenge chapter Jakarta, saya, Aqsath, Azby dan Tito  mencoba mengikuti kegiatan tersebut. Tantangan yang diberikan salah satunya waktu itu adalah meningkatkan awareness masyarakat umum tentang benda-benda obyek luar angkasa. Setelah brainstorming, ide yang diluncurkan adalah SpaceTrek, aplikasi untuk me-monitor kapan suatu kejadian benda langit akan terjadi, melihat kejadian dan berbagi ke orang banyak mengenai pengalaman melihat kejadian benda langit tersebut. Gimmick-nya adalah dengan SpaceTrek, ketika misalnya ada suatu kejadian Gerhana, saya dapat ‘mengundang’ rekan saya untuk saling berbagi apa yang dilihat saat itu agar dapat dinikmati bersama. Ya, video live streaming.

Tapi mengingat waktu yang kurang dari 24 jam, kami menyadari menyiapkan infrastruktur live streaming  dalam waktu terbatas tersebut kurang memungkinkan. Then we’ve got an idea, the next best thing after video live streaming. Ketimbang menyiarkan kejadian tersebut melalui video secara live, aplikasi akan mengambil foto-foto tersebut dalam mode burst dan mengirimkannya secara cepat ke server untuk dirangkai menjadi slideshow yang jika diputar dengan timing  tertentu memberikan ‘efek’ seperti melihat video.

Pernah melihat orang jaman dulu membuat film kartun-kan  ? Menggunakan lembaran kertas yang ditumpuk lalu diganti-ganti secara cepat untuk memberikan efek gerakan. Seperti itulah kira-kira akhirnya solusi yang kami gunakan untuk menyediakan suatu cara bagi masyarakat menonton kejadian benda langit secara bersama-sama.

Sayang sekali waktu itu, ide kami tidak berhasil mendapatkan juara I, tapi Hey, setidaknya kami berhasil mendapat peringkat kedua. Berikut video aplikasi yang kami buat beserta pranala repository dari kode yang kami kembangkan.

MVP Open Day

Kira-kira tiga minggu yang lalu, saya berkesempatan menghadiri acara MVP Open Day, acara gathering yang diselenggarakan MVP Program untuk regional Asia Tenggara. Acaranya sendiri diadakan di Singapura. Banyak MVP yang hadir, terutama yang berasal dari Indonesia. Mungkin juga karena tempatnya yang tidak terlalu jauh atau juga karena para MVP emang seneng jalan-jalan saja.

Acaranya berlangsung satu hari, bertempat di kantor Microsoft Singapore. Konten acaranya bersifat confidential tapi secara umum kami mendapatkan update terbaru dan tentunya berkenalan dan bercengkrama dengan rekan sesama MVP dari negara-negara seperti Malaysia, Singapore, Thailand, Taiwan , Filipina dan bahkan Srilanka.  Saya sendiri meyempatkan hadir untuk bertemu dengan salah satu rekan MVP dari Malaysia karena ada rencana obrolan kemungkinan kerja sama.

Dari Indonesia ramai sekali yang hadir. Saya, Reza, Andri dan Risal sudah disana sejak hari Jumat. Spare waktu satu hari digunakan untuk keliling-keliling sebentar. Disana kita berkumpul bersama om Elang, Kiki, Aprizon, Eriawan, Masykur dan om Rudi. Dan tentu saja obrolan seputar pengembangan komunitas menjadi topik hangat. Semoga saja ada perkembangan yang berarti.

 

11024746_10153058488121855_2246169361358934540_o

photo credit : @andri_yadi

Ketika hadir di kantor Microsoft Singapore, saya baru melihat, ternyata ada foto tim Ganesh, medio menjuarai Imagine Cup 2010 lalu. Entah sejak kapan foto itu dipampang disana. Lumayan buat kenang-kenangan.

11069272_10153175795741182_6509844911215694700_o

phot credit : @mrezafaisal

Menikmati Jajanan Jala Foodcourt & Lounge

WP_20150304_002

Matahari bersinap cukup terik siang ini. Sebagai pendatang dari Bandung yang kebetulan sedang mengunjungi Denpasar, hawa panas bisa jadi tantangan tersendiri. Keinginan untuk menikmati kuliner dan melepas dahaga-pun terbit seketika. Menggunakan mobil sewaan, saya diantar ke salah satu food court yang baru saja dibuka di daerah Renon, Denpasar untuk sejenak bersantai dan melepaskan dahaga.

Jala Foodcourd & Lounge namanya,  terletak di Jl Tuked Aya 100z adalah tempat makan baru yang belum lama ini dibuka dengan menyajikan konsep open space dimana kita bisa menikmati suasana food court dalam wahana seperti stadion terbuka. Bayangkan barisan stall makanan menelilingi kita tapi beratapkan udara terbuka, tidak seperti sumpek-nya suasana yang kita temukan di mall-mall.

WP_20150304_003

Bagi Anda yang menggunakan mobil pribadi jangan khawatir karena Jala Foodcourd memiliki tempat parkir yang cukup lega. Memasuki gerbang food court saya disambut patung besar pesumo dengan latar belakang payung bali dan memegang jala. Cukup unik dan ikonik. Dalam bayangan saya, jala menunjukkan semangat untuk bekerja keras, sama hal-nya seperti nelayan yang menjala ikan di lautan lepas tanpa merasa lelah.

Sampai di dalam, saya-pun melihat-lihat daftar kios yang ada. Sebagian besar menjual makanan khas Indonesia, seperti sate, bakwan surabaya, masakan padang, iga penyet, aneka soto dan mie. Bagi Anda yang ingin mengecap rasa aneka masakan nusantara bisa jadi tempat ini cocok untuk Anda, dibandingkan barisan kafe yang lebih menyajkian sajian ala Barat. Pilihan saya jatuh pada sate ala jawa timur dan mojito ice.

WP_20150304_007

Anda dapat duduk di meja-meja panjang kayu yang tersedia pada area tengah ataupun di selasar yang memiliki atap kayu. Di area pojok depan, terdapat lounge yang dapat digunakan untuk  bekerja atau meeting singkat karena tersedia listrik dan internet. Disitulah saya duduk untuk mempersiapkan bahan materi training untuk keesokan hari. Sambil menyantap makanan, angin sepoi-sepoi bertiup kontras dengan udara yang cukup panas. Hidangan yang saya santap sangat pas dengan selera dengan lidah Indonesia saya. Harga-nya pun cukup terjangkau untuk tempat makan yang berada di daerah pusat pemerintahan Denpasar.

Satu setengah jam berlalu, bahan training sudah selesai dan perutpun sudah tidak bergejolak. Saya memutuskan untuk kembali ke penginapan untuk beristirahat. Saya pulang disambut dengan salam khas Bali di pintu keluar.