Produktivitas ?

Saya akan mulai dengan beberapa pertanyaan. Pernahkah Anda merasa kesulitan membagi waktu ? Pernahkah Anda merasa kekurangan waktu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Anda ? Pernahkah Anda bertanya-tanya, apa saja yang anda lakukan sehingga detik terasa bergerak begitu cepat ? Well, saya pernah.

Sejak awal tahun 2013 saya mulai merasakan sedikit kesulitan membagi waktu untuk pekerjaan-pekerjaan dan tanggung jawab yang dimiliki. Evaluasi coba dilakukan dan mulai diperbaiki cara saya bekerja. Meskipun demikian, kadang saya masih suka bertanya-tanya. Lima sampai 12 jam diplot untuk melakukan aktivitas “bekerja” itu habis untuk apa saja. Seorang teman, @azblutfhan lantas memberi tahu  mengenai sebuah software yang dapat merekam data kegiatan yang pernah kita lakukan di komputer kita, namanya Rescue Time. Setelah melihat-lihat, saya pun mencoba untuk menggunakannya.

rescue_time_maret

Saya mulai menggunakan RescueTime pada bulan Maret. Pada akhir bulan, sudah didapatkan ringkasan kegiatan. Ternyata selama satu bulan tersebut, dihabiskan waktu 128 jam menyalakan komputer, sekitar 5 jam sehari dengan skor produktivitas 55%. Sementara pada bulan berikutnya, dihabiskan 207 jam dengan rata-rata 6 jam 54 menit per hari dengan skor 60%, ada sedikit peningkatan disana.

rescue_time_april

Pada bulan ini saya menghabiskan waktu 139 jam dengan rata-rata 7 jam sehari dengan skor 70%.

rescue_time_may

Jika kita amati bahwa waktu produktif dan waktu distracting hampir membentuk cermin yang artinya lama mengakses IDE/Development Tools hampir sama banyaknya dengan social network. Hal yang dapat saya pahami, karena disela-sela coding, biasanya saya juggling antara membuka window Visual Studio dan Web Browser. Karena utamanya saya coding untuk dideploy ke Windows phone, dan karena pada saat deploy dan build rata-rata membutuhkan waktu 30 detik atau lebih, waktu jeda itu biasa saya gunakan untuk pindah ke browser. Sering terjadi memang, pada saat jeda tersebut, di browser saya cukup tertahan untuk melihat timeline atau membaca blog-blog yang menarik. Setelah itu baru kembali ke coding kembali.

Selama 3 bulan pemakaian, sejak Maret hingga May, pada kondisi terbaik saya dapat mencapai rata-rata 4 jam sehari membuka Visual Studio dan 28 menit mengakses social networking sites. Penggunaan Visual Studio naik 63% dari biasanya dan akses ke social network turun 44 %. Mengetahui bagaimana Anda menghabiskan waktu Anda ternyata somehow encouraging dan motivating. Tahukah Anda bahwa, rata-rata kita hanya menghabiskan waktu 2 jam sehari untuk produktif (klaim dari Rescue Time)

image

Tujuan dari penggunaan RescueTime adalah untuk menjaga kita lebih produktif memanfaatkan waktu yang ada. Karena berbeda dengan hal lainnya yang anda miliki, waktu adalah sesuatu yang jika sudah lewat tidak akan pernah bisa anda raih kembali. Produktivitas yang diukur oleh Rescue memang bermanfaat sekali. Tapi ukuran yang lebih baik juga adalah waktu yang produktif tadi, berapa banyak yang menyelesaikan hal yang ingin kita selesaikan, atau dengan kata lain tingkat efisiensi kita. Karena bisa saja 7 jam produktif, menyelesaikan 3 hal,bisa juga 4 jam produktif menyelesaikan 4 hal. Ukuran produktif penting, setidaknya untuk pegangan awal kita.

PS : Saya menyalakan RescueTime recorder setiap saya menggunakan komputer,baik dalam kondisi bekerja maupun tidak. Jika Ingin mengukur waktu produktivitas pada saat bekerja, ada baiknya Anda hanya menyalakan RescueTime pada saat jam kerja atau jam yang anda gunakan untuk bekerja untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

PS2 : angka 56-70 % bukanlah angka yang spesial, perhatikan skor yang berhasil dicetak teman saya ini

Disiplin dalam Fleksibilitas Waktu Kerja

Kemaren saya sempat post tentang Time Freedom. Poin pentingnya adalah bagaimana dengan keadaan sekarang, kita bisa memiliki kebebasan untuk mengatur waktu bekerja. Ketika saya baru lulus dulu, mengerjakan proyek sendiri, belum di Radya Labs, saya selalu merasa bisa bekerja semau saya,kapan dan dimana saja. Yang penting hasil akhir, proyeknya beres. Hal ini sempat terbawa ketika Radya Labs mulai memiliki kantor di Bandung. Karena Tito tidak memberikan batasan kepada saya maka saya pun sedikit kebablasan,tidak teratur untuk masuk ke kantor dan hal yang dikerjakan dikantor. Hasilnya ? Chaos.

Ternyata manusia, walaupun begitu senang dengan ketidakteraturan tetap membutuhkan keteraturan dalam hidupnya. Setidaknya itu yang saya alami. Menerapkan pola kerja yang tidak berpola membuat saya tidak memiliki timeline yang pasti untuk mengerjakan suatu project. Pernah empat hari saya tidak menyentuh kode sama sekali lalu diakhir Minggu saya kebut hingga begadang. Efeknya, sering harus tidur pagi. Efek tidur pagi adalah bangun siang pada hari yg sama dan mengalami perasaan yang aneh : “Kok waktu dihari ini sangat cepat”.

Solusinya,sementara ini yang sedang saya jalani,adalah memberi kepastian, setiap harinya minimal x jam diharbiskan untuk bekerja. Untuk saat ini x saya bernilai 5-12 jam,tergantung kondisi dan situasi. Saya tetap bisa datang kapan saya ke kantor, atau pulang jam berapa saja. Tapi tetap mencoba untuk disiplin, bahwa minimal 5 jam sehari pada hari kerja dihabiskan untuk hal yang produktif. Produktif itu tricky. Kadang dihabiskan untuk membuat dokumen proposal, kadang untuk koding dan kadang untuk rapat. Akhir-akhir ini, saya lebih concern ke kegiatan quality assurance untuk aplikasi-aplikasi yang kita kerjakan. Dengan pola ini, walaupun ditengah-tengah kantor misalnya saya ingin pergi ke kampus atau nonton film di bioskop, hal ini tidak mempengaruhi pekerjaan, karena sisa waktu akan dilanjutkan setelah kegiatan tersebut.

Dengan pola seperti ini, dirasakan peningkatan signifikan terutama mengenai keteraturan dalam timeline pekerjaan. Saya bisa mendistribusikan pekerjaan-pekerjaan dan tidak menumpuk diakhir minggu. Dan setiap harinya saya masih punya waktu untuk bersantai, membaca blog atau nonton serial.

Time Freedom

Tiga tahun yang lalu,ketika saya masih berada ditingkat akhir kuliah sarjana saya, orang tua pernah beberapa kali datang ke Bandung untuk mengunjungi anak-anaknya dan nenek saya. Namun, karena waktu itu masih ada beberapa kuliah dan kegiatan, saya tidak bisa setiap hari menemani mereka selama mereka di Bandung. Kadang diajak makan siang pas sedang ada kuliah, atau kegiatan akademik. Singkat kata,waktunya terikat pada kegiatan-kegiatan lain.

Tapi keadaannya berbeda sekarang. Istilah timefreedom disebut pertama kali oleh om saya yang saat ini bekerja diperusahaan minyak di Sumatera Selatan. Kami biasa berkumpul pada hari pertama Idul Fitri di rumah Nenek , dan bertemu keluarga dari sisi Ibu, yang bersaudara ada 9. “Enak ya,sekarang walaupun bekerja tapi tetap timefreedom”. Jadi maksud om saya adalah meskipun bekerja, tapi punya waktu yang lebih fleksibel untuk melakukan sesuatu ditengah pekerjaan tersebut.

Setelah dipikir-dipikir ada benarnya juga. Saat ini,setelah saya dan teman-teman berusaha untuk menjalankan Radya Labs, ternyata kami tidak menerapkan pola jam kerja. Asasnya adalah “hasil”. Jadi Tito sendiri sebagai Direktur Utama,tidak memberikan batasan kepada saya untuk kapan harus masuk, kapan selesai (pulang dari Kantor dan sebagainya). Yang kita pegang ada “timeline” pekerjaan yang sedang dilakukan Radya Labs. Selama timeline itu terpenuhi, bagaimana waktu dimanfaatkan hari per harinya tidak dipermasalahkan.

Hasilnya, saya saat ini punya kebebasan untuk mengatur waktu setiap hari. Misalkan, waktu itu ibu dan tante saya sedang berada di Bandung. Saya atur agar selama mereka di Bandung, meskipun itu hari Senin-Rabu saya bisa menemani mereka. Mengantar melihat-lihat Bandung, Lembang dan sebagainya. Lain waktu,misalnya di tengah hari, ada kegiatan yang menarik,misalnya seminar atau konferensi, saya bisa keluar pada saat itu juga. Mungkin ini salah satu keunggulan membuka usaha sendiri,dimana kita bisa mengatur waktu kita sesuai dengan kebutuhan. Kata kuncinya adalah “bebas bertanggung jawab”.  Misalnya, suatu siang kepala lagi mumet, dan ingin hiburan, kita bisa langsung pergi ke bioskop terdekat untuk menonton film agar refresh kembali.

Timefreedom sangat mudah untuk dinikmati. Tapi kebebasan itu perlu bertanggung jawab. Nanti di post berikutnya akan saya coba ceritakan apa yang saya lakukan untuk mensiasati timefreedom ini.