Wisata Angklung Saung Udjo

Bagi anda yang bosan dengan wisata belanja atau kuliner di sekitar Bandung, mungkin bisa mencoba alternatif wisata lain. Terutama di bulan Ramadhan,disaat mungkin wisata kuliner tidak bisa dilakukan, dan wisata belanja hanya membuat kaki capai ketika melihat-lihat barang maka saya merekomendasikan wisata angklung saung udjo.

Saung Udjo adalah tempat pementasan alat musik dan pagelaran budaya Jawa Barat yang terletak di daerah Padasuka, Bandung Timur. Pertunjukan seni dipentaskan secara reguler setiap hari pukul setengah 4 sore hingga 5 sore. Apabila Anda berombongan, anda bisa memesan pertunjukan pada jam-jam khusus, yaitu pagi dan siang, tentunya dengan jumlah minimal rombongan. Untuk menonton pertunjukan reguler Anda cukup merogoh kocek sebesar 80ribu rupiah per orang. Tempat pementasan merupakan kompleks Saung Udjo yang terdiri dari kafe, penginapan, toko souvenir, sekolah, taman dan tentu saja panggung pementasan. Lingkungan yang asri dengan pepohonan dan tentu saja bangunan dengan aksen bambu yang kuat. Seketika kita dapat merasakan suasana perkampungan sunda yang asri dan menenangkan.

WP_20130713_007

Pertunjukan reguler terdiri dari 7 mata acara yang : Demo Wayang Golek, Upacara Helaran, Tari Topeng, Angklung Massal, Angkung Rakyat, Angkung Orkestra dan Joged Penutup.

Sore itu saya datang bersama @irrrlanda untuk melihat langsung bagaimana pertunjukan digelar. Selain kami terdapat rombongan wisata dari Jakarta, dan beberapa rombongan bule. Tampaknya Saung Udjo sudah benar-benar paham mengemas hal-hal diluar pertunjukan itu sendiri. Yang sederhana misalnya, sudah menerima pembayaran kartu kredit, cocok buat pelancong dari luar negeri. Selain itu tiketnyapun unik,bukan kertas seperti konser atau bioskop melainkan kalung dengan mainan angklung yang berukuran mini. Dan yang saya kagum adalah brosur panduan pertunjukan telah disediakan untuk beberapa bahasa seperti Belanda, Jerman, Inggris dan Mandarin. Demo Wayang Golek adalah pertunjukan 15 menit mendemonstrasikan segmen-segmen Wayang Golek. Kenapa disebut demo,karena dalam acara sebenarnya Wayang Golek dimainkan selama semalam suntuk.

WP_20130713_021WP_20130713_050

Selesai Wayang Golek, dilanjutkan dengan upacara Helaran, yaitu upacara untuk merayakan sunatan di wilajah Jawa Barat. Disini, seorang anak laki-laki yang disunat, diarah keliling kampung sambil dihibur dengan teman-temannya yang menari, bernyanyi dan bertepuk tangan. Pada acara helaran ini murid-murid Saung Udjo ramai sekali dengan pakaian beraneka warna yang menambah semarak pertunjukan. Selesai helaran terdapat pertunjukan tari topeng, yang dibawakan oleh tiga pemudi. Tari topeng dibawakan dengan gerakan yang luwes mengisyaratkan aroma magis dan misterius.

WP_20130713_065

Setelah hidangan pembuka, mulai masuk ke hidangan utama, yaitu permainan angklung. Diawal, para murid Udjo, secara beramai-ramai membawakan lagu-lagu sederhana 1 oktaf yang dinyanyikan ke dalam berbagai bahasa. Disini menariknya, ada unsur interaktif antara penampil dan penonton. Dipandu MC, para penonton diajak ikut bernyanyi, tentunya dalam berbagai bahasa yang sudah tersedia pada brosur. Menarik sekali.

Setelah rangkaian tersebut, para murid meminjamkan satu persatu penonton sebuah angklung dengan nada tertentu. Masing-masing penonton memegang satu nada. Kemudian Pak Udjo mengajarkan kita untuk mengetahui simbol-simbol yang akan digunakan untuk memainkan lagu. Jadi satu simbol berkorelasi dengan satu nada. Setelah diajarkan sebentar, pak Udjo memanggil konduktor yang akan memimpin kami bermain bersama, yaitu anak keempatnya, yang saya lihat masih muda, mungkin masih SD. Dia dengan cekatan memimpin kami, merangkai simbol-simbol tadi dengan tangannya. Yang perlu penonton lakukan hanyalah melihat tangan si konduktor, dan ketika tangannya membentuk simbol yang sesuai dengan nada angklung yg kita pegang, maka kita bunyikan. Kita memainkan beberapa lagu, salah satu yang saya ingat adalah I Have A Dream. Saya kagum sekali dengan cara ini untuk memandu orang awam bermain angklung. Membuat penonton ikut merasakan permainan angklung, meskipun baru sekali coba. Saya membayangkan anak ini berlatih cukup lama, untuk dapat menghafal berbagai simbol dan memainkannya dengan pas dan teratur,apalagi bisa dimainkan dengan dua tangan.

WP_20130713_080

WP_20130713_079

Setelah kami dibiarkan bermain dengan lagu-lagu sederhana. Tiba saatnya Orkestra Angklung Udjo tampil. Menurut saya ini adalah hidangan utama, alias klimaks dari satu setengah jam total pertunjukan. Udjo memimpin langsung orkestra. Kali ini satu orang dapat memainkan hingga satu oktaf angklung sekaligus. Lagu-lagu yang dimainkanpun menarik sekali. Can’t Take My Eyes of You dimainkan dengan apik menggunakan irama jazz. Alunan instrumen modern seperti bass dan gitar bertemu dengan bunyi-bunyi angklung yang dimainkan dengan cekatan. Luar biasa sekali, ada beberapa lagu yang dimainkan diakhiri dengan Bohemian Rhapsodynya-Queen. Saya kagum sekali dengan orkestra angklung Udjo ini dan tak heran ketika Mang Udjo bercerita mereka sudah sering tampil di kegiatan internasional karena memang kualitas musiknya menawan.

WP_20130713_090

Pementasan diakhiri dengan acara joged bersama dimana para murid mengajak penonton untuk turun ke depan panggung dan menari bersama lagu perpisahan. Benar-benar pementasan diakhiri dengan interaksi penonton untuk meninggalkan kesan yang baik.

WP_20130713_105

Saya terus terang puas sekali dengan pementasan ini. Alurnya pas, dari awal hingga akhir, dapat membuat kita bertanya ada penampilan apa lagi berikutnya. Dua jempol untuk Mang udjo, yang dapat mengemas Angklung menjadi penampilan yang menghibur bahkan dapat dinikmati oleh masyarakat internasional. Bagi Anda yang menginginkan hiburan yang lain dari biasanya, jangan lupa untuk mampir ke Saung Udjo dan menikmati pementasan dengan cita rasa Indonesia.

Magister Teknik

Alhamdulillah,tanggal 12 Juli 2013 minggu lalu,resmi sudah, mengikuti kelulusan wisuda magister di ITB. Masa dua tahun belakangan ini menjadi fase lain lagi yang sudah dilewati. Selamat wisuda kepada seluruh teman-teman yang merayakan wisuda Juli 2013 tahun ini, dan terus semangat bagi teman-teman yang mengejar wisuda berikutnya. Pengalaman dua tahun menjalani program magister, melengkapi pengetahuan yang sudah didapatkan di masa S1. Mengapa pengetahuan ? karena sisi implementasi,secara praktis tetap saya dapatkan dari tempat saya bekerja.

Wisuda magister di ITB, jauh berbeda dengan euforia wisuda sarjana, dengan berbagai tradisi dan arak-arakan yang menyertainya. Wisuda magister ITB terasa begitu formal dan sepi. Biasanya,setelah acara foto jurusan, sudah siap puluhan anak himpunan yang akan bersorak sorai mengantar para wisudawan hingga ke program studi. Kali ini,setelah sidang wisuda ditutup kita bisa langsung pulang.

Tapi tidak perlu khawatir karena beberapa rekan yang masih berdomisili di Bandung, menyempatkan untuk hadir mengucapkan selamat, memberikan bunga dan berbagi keceriaan. Dan tentunya kedatangan keluarga dan pacar dari kampung halaman. Serasa lengkap menjadi wisudawan pada hari tersebut.

WP_20130712_005

Lunas sudah masa belajar di kampus ITB, karena dalam waktu dekat belum terfikir untuk kembali ke kampus dan mendaftar untuk program doktoral. Kali ini, status mahasiswa secara tegas tidak bisa dijadikan “alat bantu” lagi. Semoga apa yang sudah dijalani dan dicapai ini dapat bermanfaat untuk kebaikan.

So,what’s next ?

7104 05 - Copy (640x425)