Sepanjang satu tahun mulai dari Juni 2011 lalu, saya kembali ke kampus untuk menimba ilmu lebih banyak. Keputusan yang sebenarnya tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Sejak awal masuk kampus ITB 6 tahun lalu, saya selalu bermimpi begitu lulus untuk segera mencari kerja di perusahaan terkenal atau BUMN. Betapa tujuan dan rencana dapat berubah begitu saja.
Kuliah master di ITB memiliki beban sebesar 36 SKS yang dianjurkan untuk diselesaikan selama 1,5 – 2 tahun. Jika kita ambil skenario terbaik, maka setiap satu semester kita dibebankan 12 SKS atau 12 jam seminggu untuk perkuliahan. Bagi teman-teman yang di S1 pasti berpikir wah , enak juga ya cuma 12 SKS, biasanya aja pas S1 ambil 18 – 22 SKS. Pasti banyak waktu lowong ya ? Jawabannya , iya. Benar sekali.
Ketika memikirkan menjalani 12 SKS setiap semester nya saya dapat membayangkan akan memiliki cukup banyak waktu untuk melakukan hal lain. Dan saya benar, jika Anda kuliah master, anda akan memiliki banyak waktu untuk melakukan hal lain. Yang saya salah adalah, banyaknya waktu tersebut tidak dapat diperuntukkan untuk melakukan banyak hal lain.
Saya termasuk orang yang suka mencoba hal baru,berbuat sesuatu secara bersama-sama. Tapi saya juga orang yang terlalu mudah berkata “Ya”. Well, I’m not saying it’s a bad thing , really. Tapi, berkata “Tidak” ternyata juga merupakan hal yang mesti kita pelajari. Satu hal yang sering @irrrlanda sampaikan dan walau kadang saya terkesan tidak memikirkannya adalah “Kamu udah milih untuk tidak bekerja dulu, tapi kok malah jadi keliatan lebih sibuk dari orang yang kerja beneran ? Sabtu-Minggu malah nggak bisa istirahat”.
Jika saya lihat saya memang terlalu bernafsu untuk mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan. Saya pikir saya akan bisa tapi kenyataannya tidak seperti yang saya harapkan. Semoga masa satu tahun ini cukup jadi pembelajaran. Selain kuliah, saya juga bekerja secara parttime di perusahaan ISV di Bandung selama setahun. Tidak banyak hal yang bisa saya sumbangkan, saya hanya terlibat ke dalam dua aplikasi internal dan satu proyek outsource. Tapi at least, satu produk internal ini berhasil dipilih vendor smartphone untuk di preload di seluruh device yang diluncurkannya di Indonesia. Selain bekerja part time, di sela-sela waktu ini juga bersama beberapa rekan saya mengerjakan satu produk terkait olahraga, satu studio pengembang aplikasi mobile dan satu produk terkait travelling. Dua produk yang dikerjakan sudah berjalan dua tahun tapi tidak kunjung sampai ke calon penggunannya, dan satu studio pengembang aplikasi mobile saya rasa bisa lebih baik kinerjanya. Di sela waktu lain saya mengerjakan shorttime project (jika keuangan membutuhkan ) dan kegiatan training. I rush around trying to do everything all at once and end up dong nothing particularly well.
Jadi ingat lagi kalimat yang sering disampaikan rekan @deluizon : “ Mau jadi matahari atau sinar laser ?” .
Karena itu Juni ini saya mulai merekonstruksi ulang hal-hal yang akan dikerjakan, dimulai dari menyelesaikan masa kontrak saya sehingga saya sudah tidak bekerja parttime lagi. Dan kuliah, I can do nothing about that .